Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Artikel Coretan
Sudah sebuah hukum alam, bahwa ketika
daun-daun itu berguguran dari pohonnya, tidak lain adalah karena angin
yang berhembus dan menggoyahkan pertahanannya pada pohon. Namun mengapa
mereka tidak menyalahkan angin itu? Karena mereka tau, pada dasarnya
tubuh mereka memang sudah lemah, tertelan usia, terenggut waktu. Mereka
yang berguguran adalah mereka yang sudah mencapai batas waktunya,
Pertanyaannya adalah, apakah mereka
menyesal? Ternyata mereka tidak. Karena mereka sadar dan tau pasti,
bahwa takdir kehidupan di atas pohon hanya sampai hari itu. Hari dimana
sang angin berhembus dan membawa mereka berjatuhan di atas tanah.
Jikalau daun itu ingin memberikan
toleransi pada ego mereka, banyak hal yang dapat dilakukan, seperti
menghakimi batang yang tidak memegangnya erat sehingga akhirnya terlepas
karena hempasan angin. Atau bahkan meminta akar untuk tidak menyerap
apapun dari tanah sehingga pohon itu tidak akan bertambah tua, dan
daun-daun itu akan tetap kuat tanpa harus menjadi rapuh. Banyak hal yang
dapat daun lakukan, sebelum dia menunjuk pada dirinya sendiri.
Tapi ternyata daun-daun itu memilih
jalannya, untuk tidak melibatkan banyak pihak, pada takdir yang memang
harus dirasakannya, yang menjadi bagian dari kehidupannya.
Berhentikah mereka sampai disitu?
Ternyata tidak. Saat mereka berguguran diatas tanah, mereka tau bahwa
mereka akan dikumpulkan dengan saudaranya yang lain, kemudian
dicampurkan dengan sisa pembuangan lainnya. Tapi mereka berkumpul bukan
untuk menjadi pengganggu bagi ekosistem kehidupan, namun menjadi sumber
bagi tumbuhnya daun-daun baru. Ya, memang hanya pupuk kompos, namun
mereka tau bahwa akhir hayatnya akan ditutup dengan memberikan
kebermanfaatan yang sangat luas.
Lalu untuk apa mereka menyalahkan angin, jika ternyata ialah yang mengantarkan mereka pada akhir yang membahagiakan?
Meski itulah
takdir yang harus dilewati oleh mereka, tapi ternyata tidak menjadi
buruk diakhirnya. Mungkin daun-daun itu pernah berpikir bahwa keberadaan
mereka di atas pohon sangat bermanfaat untuk menciptakan oksigen yang
diperlukan bagi seluruh makhluk hidup di bumi ini, dan jika mereka
gugur, maka gugurlah kebermanfaatan itu. Tapi ternyata skenarioNya tidak
berhenti sampai disitu. Ada yang lebih indah menanti mereka di depan
sana. Hanya perlu pasrah dan bertawakkal, terhadap janjiNya yang selalu
pasti.
Apa yang akan terjadi jika daun-daun itu
menyalahkan angin? Tentu ia hanya akan meratapi diri, tenggelam dalam
kesedihan dan merasa malu terhadap keadaan. Ia bersembunyi dibalik
telunjuknya terhadap angin. Berkoar-koar kesana kemari, mengatakan bahwa
anginlah yang menyebabkan kehidupannya berakhir dan menderita tanpa
menjadi bermanfaat lagi bagi ekosistem kehidupan.
Ada sebuah pepatah, saat satu jari telunjuk diarahkan pada orang lain, maka empat jari lainnya mengarah pada diri kita sendiri.
Mungkin daun-daun itu memahami benar
makna dari pepatah tersebut. Ia sadar bahwa dengan menyalahkan angin, ia
tidak akan mendapatkan keuntungan apapun. Ia tetap akan dipandang
sebagai daun yang gugur, tidak dapat berfotosintesis, dan hanya
mengotori tanah. Namun ia mampu bangkit menatap masa depan, mereka
memiliki harapan dengan berpikir positif terhadap takdir yang disuratkan
olehNya. Karena mereka yakin bahwa di setiap kejadian pasti akan ada
hikmahnya, termasuk gugurnya mereka diatas tanah. Mereka mencari dan
terus mencari sehingga akhirnya menemukan hikmah yang tersembunyi
dibalik takdir itu.
Tak ada kesedihan untuk menatap kehidupan
setelah hempasan angin yang menyebabkan mereka berguguran, karena
mereka tau apa yang harus dilakukan. Tidak lagi bergantung pada batang,
memohon pada akar, atau bahkan menyalahkan angin. Mereka hidup dengan
penuh optimisme, yakin bahwa garis kehidupan mereka sudah dipersiapkan
dengan sangat matang oleh Sang Pemilik Skenario. Hanya perlu bersabar,
dan terus berusaha untuk menemukan scene yang diinginkanNya, tanpa harus
mengeluh ataupun menyalahkan keadaan.
Karena setiap makhlukNya yang terlahir ke
dunia, tak lepas dari puzzle-puzzle yang terpisah, yang meminta
dirangkai untuk menemukan kebahagiaan yang hakiki. Hanya perlu kembali
menunjuk pada diri sendiri, seberapa kuatkah kita untuk berpetualang
dalam skenarioNya ?
Pendapatmu Membangunkan Jiwa Kreasi Pemuda/i Indonesia