Rabu, 17 Juni 2015

RAMADHAN

RAMADHAN

Ramadhan, aromamu telah menguar begitu lekatnya dalam sanubari kalbuku. Menjejaki seluruh rongga diselasar indera demi indera perasaku. Semerbak, indah. Ah, tak mampu kuurai satu demi satu percikan keajaiban yang selalu mampu kau cipta tiap alunan tahun yang beterbangan jauh. Ramadhan, apa kabarmu ? Maafkan aku yang terlalu aneh untuk menanyakan hal ini kepadamu. Kabarmu, sudah tentu selalu istimewa. Seistimewa surau kami yang gemerlapnya semakin benderang jika tiba saatmu. Ramadhan, kemarin kulihat, di dinding sederhana, banyak tergolek gemulai sepucuk surat mengenai dirimu. Ya, surat itu membicarakanmu. Tertulis di sana, sederet kalimat akan harapan sekumpulan orang yang merindui hadirmu. Ah, ramadhan, apalagi yang membuatmu tidak pantas untuk ditunggu? Hadirmu, begitu mampu memikat setiap kalbu. Harapku, semoga tetap berada dalam keistiqomahan. Ramadhan, belasan tahun sudah aku mengenalmu. Begitupun engkau yang dengan kelapangan hatimu mau menyibak tiraimu agar aku mampu menatap indahnya selasar syurga. Ah, tapi apakah aku benar-benar memanfaatkan kebaikanmu tersebut ? Kurasa, belum sempurna aku mengenalmu. Tapi aku selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Insya Allah... Membaktikan hari demi hariku dengan kesibukan yang mengantarkanku pada kenikmatan syurgawi. Pada kemenangan abadi, juga pada keindahan yang hakiki. Ramadhan, masih terlampau banyak hal yang membuatmu selalu dirindu. Pada gemerlapnya seribu malammu. Saat tasbih bebintang terdengar begitu syahdu. Saat dzikir rembulan tak jua berhenti beradu dengan gemuruh ombak yang tak jua letih menderu. Ramadhan, begitu ingin aku memeluk seribu bulanmu. Menelungsupkan sembab wajahku pada sajadah usangku. Lantas setelah itu, tertatih lisanku mengeja setiap ayat cinta-Nya. Dan kau berkenan merengkuhku dalam pelukmu. Mengenalkanku dengan jelitanya bidadari syurga, mengajakku bermain di beningnya aliran madu, dan memuaskan dahagaku dengan semerbaknya kesturimu. Ramadhan, jika ternyata harap ini terlalu muluk, aku mohon engkau masih sudi membuka sedikit saja pintumu dan membiarkanku meraup gelimangnya cinta di seribu bulanmu. Membiarkan tangan-tanganku mencarinya walau kelak hanya beroleh serpihan debu. Membiarkan kakiku berpijak walau duri kan menancap sampai ia jemu. Ramadhan, ijinkan aku kembali berada dalam naung anugerah mu... Aamiin Ya Mujib... :')

Artikel Terkait

RAMADHAN
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

Pendapatmu Membangunkan Jiwa Kreasi Pemuda/i Indonesia