KICAULORA

Hai, Kicau Lovers...

Selamat datang dan selamat menikmati.

KICAULORAGabung

Rabu, 09 Maret 2016

Romantic

Romantis itu… Ketika malam tinggal sepertiga, seorang istri terbangun. Ia berwudhu, menunaikan shalat dua rakaat. Lalu membangunkan suaminya. “Sayang… bangun… saatnya shalat.” Maka mereka berdua pun tenggelam dalam khusyu’ tahajud.

Romantis itu… Ketika seorang istri mengatakan, “Sebentar lagi adzan, Sayang…” Lalu sang suami melangkah ke masjid, menunaikan tahiyatul masjid. Tak ketinggalan ia menunaikan dua rakaat fajar. Maka ia pun menjadi pemenang; lebih baik dari dunia seisinya.

Romantis itu… Ketika suami berangkat kerja, sang istri menciumnya sambil membisik mesra, “Hati-hati di jalan, baik-baik di tempat kerja sayang… kami lebih siap menahan lapar daripada mendapatkan nafkah yg tidak halal”

Romantis itu… Ketika suami istri terpisah jarak, tetapi keduanya saling mendoakan di waktu dhuha: “Ya Allah, jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati, tetapkanlah hati kami dalam keimanan, teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan perjuangan, ringankanlah jiwa kami untuk berkorban, maka mudahkanlah perjuangan dan pengorbanan itu dengan rezeki halal dan berkah dariMu”

Romantis itu… Ketika suami sibuk kerja, saat istirahat ia sempat menghubungi istrinya. Mungkin satu waktu dgn menghadirkan suara. Mungkin hari lainnya dengan WA dan SMS cinta. “Apapun makanan di kantin kantorku, tak pernah bisa mengalahkan masakanmu.” Lalu sang istri pun membalasnya, “Masakanku tak pernah senikmat ketika engkau duduk di sebelahku.”

Romantis itu… Ketika menjelang jam pulang kerja, sang suami sangat rindu untuk segera pulang ke rumah dan bertemu istrinya. Pada saat yang sama, sang istri merindukan belahan jiwanya tiba.

Romantis itu… Ketika suami mengucap salam, sang istri menjawabnya disertai senyuman. Bertemu saling mendoakan. Tangan dicium, pipi dikecup bergantian.

Romantis itu… Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dgn wajah cerah dan bibir merekah. Maka hilanglah segala penat dan lelah. Beban kerja di pundak mendadak menghilang, terbang.

Semoga kita semua di anugerahi keluarga seromantis ini... ;)

Jumat, 12 Februari 2016

Sesederhana Itu

Pernah ku membaca sebuah tulisan dari seseorang yang "kekuatan hatinya" tak pernah qu duga. Bahasanya mengalir lembut, cermin bahwa tulisannya benar-benar berasal dari hati. . . .

Tulisan-tulisanya menyadarkan ku bahwa urusan perasaan ternyata se-sederhana itu. Bukan tentang apa yang kau genggam kuat, tetapi apa yang sanggup kau lepaskan. Bukan tentang seberapa lama kau memelihara luka, tapi seberapa sanggup kau memaafkan. . . .

Sedikit banyak, ku akui bahwa ku sangat setuju dengan pemikiran dan apa yang diungkapkan na. Ya, urusan perasaan sebenarnya se-sederhana itu. . . .

Bagi ku urusan perasaan bukan hanya sebatas pada agama, tidak serta merta menghakimi ini halal atau haram. Bahkan ahli ibadah pun belum tentu mengerti hakikat perasaan yang sesungguhnya itu sama, aku merasa bahwa hakikat perasaan yang sesungguhnya adalah menjaga. Bukan hanya menjaga seseorang yang bernama dia, namun yang terpenting menjaga perasaan kita sendiri. Untuk apa memelihara rasa yang hanya berujung pada luka? Meski luka itu terkadang luput dari penjagaan kita, luka yang muncul akibat harapan-harapan tinggi yang kita ciptakan sendiri. . . .

Kita sama-sama tahu, bahwa setiap detik kehidupan kita telah ada yang mengaturnya. Bahwa apa yang kita usahakan sekarang belum tentu menuai keberhasilan, sama saja bahwa apa yang kita rasa sekarang belum tentu berakhir pada ikatan. Lantas kenapa berpusing-pusing ria menggenggam sesuatu yang belum tentu jadi milik kita? Apakah sebegitu sulitnya arti melepaskan? Sejatinya, saat kita tulus melepaskan, kita tidak sedang melepaskan orang yang mungkin kita sebut namanya dalam doa, melainkan kita sedang melepaskan perasaan kita sendiri dari kungkungan harapan yang seringkali terasa menyesakkan. . . .

Bahwa memang benar, urusan perasaan sebenarnya se-sederhana itu. Kita hanya perlu melepaskan, dan jika dia kembali, itu adalah skenario Sang Maha Pencipta yang terindah :)

Minggu, 31 Januari 2016

Calon Pemimpin Keluarga Kecilku

Bismillahirrahmanirrahim…
Aku tau disana kau sedang mempersiapkan diri, terus memperbaiki setiap amalan yaumiyahMu agar kau kelak siap menjadi imam dan pemimpin keluarga kita nanti.. Aku pun disini sedang mempersiapkan diri agar kelak nanti aku dapat menjadi ma'mum yang taat serta sahabat yang pintar agar kau dapat dengan nyaman untuk berdiskusi seputar urusan dunia maupun akhirat…

Aku tidak dapat menjanjikan kecantikan..karena suatu saat kecantikanku ini akan pudar… pudar di makan usiaku yang kelak semakin tua.. Wajahku tak akan kencang lagi..mungkin kelak akan mengendur di makan usia..mungkin di luar sana pun banyak lebih cantik dariku…Tapi aku akan berusaha agar dengan semua yang aku miliki kau dapat merasa nyaman ada disampingku…

Aku pun tidak menjanjikan keindahan akhlak..karena aku hanyalah muslimah biasa yang masih penuh dengan kekurangan..Tapi aku berharap Engkau kelak dapat dengan sabar dan penuh kasih sayang membimbingku dan keluarga kita nanti untuk semakin mencintai Allah…

Aku pun tidak dapat menjanjikan cinta yang besar…karena kelak cinta tertinggi kita hanyalah untuk Allah…tapi aku akan mencintaiMu sebagai bentuk cintaku kepada Allah..Aku akan mengabdi kepadaMu sebagai bentuk pengadianku kepada Allah…

Aku pun tidak menjanjikan dapat menjadi istri yang baik..Tapi aku akan selalu berusaha untuk mendampingimu..Di kala kau bahagia maupun bersedih..Aku akan selalu berusaha ada di sini menjadi orang pertama yang akan mendukung semua ide cemerlangmu dan mengingatkan di kala Engkau khilaf…

Aku selalu setia disini menunggumu..=)

Ada yang mesti kita persiapkan hati yang menerima, jiwa yang rela, dan keikhlasan untuk berjuang bersama - sama, siapkah engkau ? ^^

Selasa, 19 Januari 2016

Tips Menjadi Menantu Idaman

♡BERIMAN Dengan dasar yang satu ini, otomatis prilaku prilaku keseharian bisa terkendali, dan dimata mertua mendapat nilai tambah, asalkan yang dilakukan dengan ketulusan terutama soal ibadah. Maka kalau mau masuk kedalam keluarga yang patuh beragama, siap-siaplah untuk menyatu dengan tulus. ♡BERETIKA Sudah pasti, masalah etika tidak boleh diabaikan begitu saja, bukan saja dalam lingkungan keluarga sendiri, teman sekolah, rekan kerja dan lain sebagainya, akan tetapi harus lebih diperhatikan manakala hendak memasuki rumah mertua. Misalnya, jangan sekali-kali hanya bicara terus-menerus dengan suami, apalagi nempel terus selama berada dirumah mertua, sementara dengan lainnya cuma sekedarnya saja. Etika besar pengaruhnya terhadap cara pandang mertua menilai menantunya. ♡PENDENGAR YANG BAIK Sebagi peringkat "yunior" dalam keluarga, dan umumnya sebagai menantu banyak yang ikut "nimbrung" menilai siapa kita, maka tempatkanlah diri anda ke posisi paling yunior. Ini penting, sebab anda akan mendapat banyak masukan, juga pesan-pesan dari para pini sepuh pihak mertua, apakah tantenya, pamannya, juga kakek neneknya. Mereka pasti berceloteh, apakah langsung ataupun tidak, untuk mengomentari anda dari berbagai segi. Kadang menyenangkan dan jangan kaget kalau kadang menyakitkan. Mendengar lebih baik dari bicara, dan menjadi pendengar yang baik kadang jauh lebih sulit dibanding bicara. Maka anda harus belajar sejak dini, jika ingin dicintai keluarga tentunya. ♡BERPIKIR POSITIF Banyak menantu yang kesulitan masuk kerumah mertua, khususnya wanita. Alasannya macam-macam, yang cerewetlah atau terlalu banyak tanya macam-macam. Ini bisa saja terjadi jika si gadis hanya berpikir praktis, dan seenaknya sendiri. Perasaan serba salah justru membuatnya salah tingkah. Bahkan akan lebih parah, kalau semua ungkapan, obrolan dan pendapat calon mertua semuanya dianggap negatif. Padahal sesungguhnya sedang terjadi "proses penilaian", seperti apakah kualitas menantu yang bakal mengurus dan mendampingi anak laki-lakinya. Tentu saja secara naluri seseorang akan banyak menilai, memperhitungkan, mendengar, dan bertanya sehingga labih mendalami karakter menantunya kelak. Jadi wajar kalau hal ini terjadi. Seharusnya semakin banyak ditanya justru semakin bahagia, karena begaimanapun berarti diperhatikan. Demikian juga kalau diatur penampilannya jangan ditentang, tetapi tampunglah lalu cerna sebelum dibuang atau diterapkan. Cobalah pahami bahwa semua itu untuk kepentingan anda juga, disamping untuk menyenangkan hati suami anda, yang tak lain anak laki-laki yang dicintainya. ♡HEMAT Cobalah mengatur pengeluaran, kalau bisa dikurangi mengapa tidak dicoba? Hemat tidak berarti pelit, justru dengan berhemat kesempatan menabung dalam rangka memepersiapkan masa depan. ♡ATENSI YANG TINGGI Menikah berarti mempersatukan dua keluarga menjadi satu ikatan erat, sehingga keluarga akan lebih besar lagi. Ini sama artinya kesempatan untuk memperhatikan orang lain yang lebih banyak harus diperhatikan. Jangan hanya memperhatikan suami saja, Cobalah berikan atensi kepada semua orang, baik saudara kandung, orang tua maupun kemenakannya. Atensi tidak selamanya mahal, asalkan pandai mengatur keuangan, dipadu kemampuan memilih benda sebagai atensi sangat mempengaruhi kiat ini. Dan ingat, atensi bukan saja dalam aspek materi, tetapi yang utama adalah perhatian, tutur sapa, juga kesopanan. Misalnya saja kapan mertua ultah dan sebagainya, termasuk ulang tahun perkawinan mereka. ♡JANGAN MENGATUR Bagaimanapun koleksi, maupun tatanan rumah mertua, jangan sekali-kali nimbrung untuk ikut mengatur. Kecuali kalau diminta pendapat. Ingat kalaupun anda seorang interior disain, atau apapun namanya, selama masih menantu, jangan sekali-kali proaktif mengatur rumah. In i bisa menyinggung perasaan, bahkan bisa dibilang anda menantu yang "kemajon" (terlalu ikut campur), alias sok tahu. Maka kalaupun tatanan itu salah, biarkanlah, anda cukup melihat, dan menilai, tanpa komentar. ♡BERILMU Apapun latar belakang pendidikan formal anda, masalah ilmu sangat penting dalam pergaulan, termasuk bergaul dengancalon mertua. Ilmu yang paling sederhana dipelajari yakni komunikasi. Cobalah berkomunikasi dengan semua orang, dengan memakai bahasa yang akrab dan hangat tapi tetap sopan. ♡SETIA Kesetiaan harus ditanamkan sejak dini, sehingga niat untuk berbuat penyimpangan bisa dihindarkan. Cobalah untuk terbuka dalam berkomunikasi, sehingga tak ada ganjalan, dan salah paham yang berbuntut ketidak percayaan, kecemburuan berlebih, dan tidak setia. Untuk menjadi setia perlu kesabaran, mengalah dan bersedia berkomunikasi secara terbuka, gamblang, jelas dan dewasa. Nah kalau anda pasangan setia pasti mertua akan ikut bangga pada anda. ♡TULUS Apapun yang dilakukan selamanya harus dilandasi keihklasan. Jangan paksakan membantusesuatu kalau terpaksa, apalagi untuk cari muka didepan mertua. Sebab cara ini lambat laum pasti ketahuan juga. Orang tua yang sudah berpengalaman pasti paham mana yang tulus dan mana yang basa-basi. Nah untuk menghindarinya sebelum anda disuruh datang ke rumah mertua misalnya, sebaiknya katakan terus terang mengapa anda keberatan, tentunya dengan alasan yang benar. Untuk membayarnya, lain kali bisa datang dengan kegiatan lain yang menyenangkan mertua anda. Tanpa perlu diutarakan sehingga menjadi kejutan bagi mertua. Orang tua senang disayang dan diperhatikan, tetapi sangat sensitif sehingga tahu persis mana yang tulus dan mana yang pura-pura (pamrih). Perkawinan itu anugrah, maka dalam mempersiapkannya juga bermula dari niat yang baik, ditambah dengan upaya yang terus menerus, sehingga anda semakin baik. Sebab bagaimanapun menikah itu perlu menyesuaikan diri (y) #SemogaBermanfaaat ^_^

Rabu, 13 Januari 2016

How Low Can You Go?



Beberapa diantara kita mungkin pernah merasa aneh, ketika bertemu dengan teman lama, dimana kawan lama kita itu, entah teman sekolah atau teman sepermainan, tidak seperti perkiraan kita ketika berjumpa setelah berpisah sekian tahun lamanya.

Kawan kita itu mungkin dulu adalah juara kelas. Anak yang selalu mendapatkan nilai tinggi dan selalu jadi pujian para guru dan orang tua. Kawan kita yang dulu sangat cerdas, antusias dan kharismatik. Ternyata ketika berpisah 15 atau 20 tahun lamanya, keadaan mereka jauh dari pikiran kita. Kini mereka tampak biasa saja, bahkan cenderung terlihat seperti orang gagal. Tanpa prestasi. Tidak sesuai harapan. Mereka tampak menyedihkan, dibanding teman-teman yang lain yang dulu dianggap pecundang dan biasa-biasa saja.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kenyataan seperti ini?

Umumnya, untuk menghindari kerja keras, orang-orang dengan kapasitas besar cenderung menurunkan standar mereka. Dalam budaya populer seperti sekarang ini, semua ingin dicapai secara instan. Lalu kita sering menunda setiap hal yang mestinya penting bagi kita, lalu membunuh passion yang kita miliki.

Sayangnya, sepertinya mereka yang memiliki potensi besar, juga ternyata paling rawan mengalami performa buruk dan di bawah standar, yang konsekuensinya bukan cuma menimpa mereka, tapi juga masyarakat yang sesungguhnya membutuhkan performa mereka bagi kemajuan peradaban.

Apakah hal seperti ini masih bisa diubah? Tentu saja, namun perubahan membutuhkan komitmen, karena keinginan saja tidak cukup. Banyak orang ingin berubah menjadi lebih baik, namun tidak sanggup berkomitmen untuk mencapai perubahan tersebut. Salah dua kunci perubahan adalah:

1. Perencanaan yang baik dan komitmen untuk merealisasikannya. Lakukanlah evaluasi (muhasabah), kemudian buat rencana yang matang dan realistis, dan bangun komitmen untuk merealisasikannya, dan bertakwa serta memohon agar Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kita kekuatan untuk berkomitmen terhadap apa yang sudah kita rencanakan. Sebab rencana tanpa eksekusi adalah sebuah kegagalan sebagaimana eksekusi tanpa rencana juga adalah sebuah kesia-siaan.

2. Terus bergerak agar tidak kehilangan momentum. Kita hendaknya tidak menyerah kepada kesulitan yang dihadapi, karena dibalik kesulitan selalu menyertai kemudahan. Tetaplah istiqomah dan berkomitmen kepada tujuan. Dan apabila kita telah menyelesaikan suatu pekerjaan, jangan berlama-lama bersantai, segeralah dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas-tugas lain berikutnya, agar kita tidak kehilangan momentum.

Sebagaimana kita ketahui, dalam hukum Newton, sebuah benda yang bergerak akan lebih mudah untuk tetap bergerak. Tapi manakala sebuah benda itu diam, berhenti, akan membutuhkan effort yang jauh lebih besar untuk membuat ia bergerak.

Dan sebagaimana seorang mukmin, kita diperintahkan untuk terus berharap dan berdoa kepada Allah azza wa jalla, karena tiada daya upaya melainkan dari-Nya.

Kita mesti merubah paradigma, dari how low can you go, menjadi how high can you reach.;)